Media Pendidikan

PENDAHULUAN

Seiring dengan perkembangan zaman, seseorang sudah banyak mengenal berbagai macam media yang nantinya akan menunjang proses belajar mengajar. Upaya untuk meningkaaatkan kualitas pendidikan menjadi tugas dan tanggung jawab guru. Karena  gurulah yang langsung membina para siswa disekolah melalui peroses kegiatan belajar mengajar, namun mengupayakan peningkatan kualitas pendidikan ini bukanlah hal yang muda. Dan dalam makalah ini akan kami mencoba memberikan gambaran dan memperkaya wawasan kita semua untuk memili, merancang dan menggunakan media pengajaran yang efektif sebagai salah satu upaya yang ingin dicapai, dalam hal ini bawasannya proses dan hasil belajar para siswa menumbukan perbedaan yang sangat berarti aatara pengajaran tanpa media dengan pengajaran yang menggunakan media.
A.     Pengertian Media Pendidikan
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara herfiah berarti perantara. Jadi media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepenerima pesan.[1] Sedangkan menurut Azhar Arsyad kata media berasal dari bahasa latin medius, yang secara harfia berarti tengan, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara (waasaailah) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.[2]
Kata “media” berasal dari bahasa Latin “medium” yang berarti “perantara” atau “pengantar”. Lebih lanjut, media merupakan sarana penyalur pesan atau informasi belajar yang hendak disampaikan oleh sumber pesan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut .[3] Dalam kegiatan belajar-mengajar, sumber pesan adalah guru dan penerima pesan adalah murid.
Pengertian media  pendidikan menurut para pakar diantaranya :
  1. Gagne 1970 menyatakan bahba media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang utuk belajar.
  2. Briggs 1970 berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang untuk belajar, diantara conto-contonya: Buku, film, kaset dan bingkai.
  3. AECT ( assoclation of education and communication teknologi) di Amerika, mempunyai pengertian membatasi media sebagai segala bentuk dan seluru yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi.
  4. NEA ( National Education Association) memiliki pengertian yang berbeda, menurutnya media adalah bentuk komunikasi baik tercetak, maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar, dan dibaca.
Jadi dari pengertian media diatas dapat kami Simpulkan media pendidikan adalah alat Bantu atau alat komunikasi untuk menyampaikan pesan-pesan pendidikan pada  peserta didik agar dapat lebih menyenagkan dalam proses belajar mengajar.

B.     Penggunaan Media Pengajaran dalam Proses Belajar-Mengajar.
Proses pengajaran merupakan kegiatan melaksanakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan pada dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku baik intelektual, moral, maupun social agar dapat hidup mandiri sebagai individu dan makhluk sosial.
Lingkungan belajar yang diatur oleh guru mencakup tujuan pengajaran, metologi pengajaran, dan penilaian pengajaran. Tujuan pengajaran adalah rumusan kemampuan yang diharapkan dimiliki para siswa setelah ia menempuh berbagai pengalaman
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan.pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran atau didikan yang ada dalam kurikulum. Sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku dan produser media. Salurannya adalah media pendidikan dan penerima pesannya adalah siswa atau juga guru.[4]
Mengajar ialah menyampaikan pengetahuan kepada siswa didik atau murid di sekolah. Kriteria ini sejalan dengan pendapat dari teori pendidikan yang bersikap pada mata pelajaran yang disebut format atau tradisional. Implikasi dari pengertian tersebut antara lain yaitu :
a.       Pengajaran dipandang sebagai persiapan hidup.
b.      Pelajaran adalah suatu proses penyampaian.
c.       Penguasaan adalah tujuan utama.
d.      Guru dianggap paling berkuasa.
e.       Murid selalu bertindak sebagai penerima.
f.        Pengajaran hanya berlangsung diruang kelas. [5]
Secara umum media pendidikan mempuyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut :
1.      Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka)
2.      Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra, seperti misalnya :
a.       Objek yang terlalu besar bisa digantikan dangan realita  gambar, film bingkai, film, atau model.
b.      Objek yang kecil-kecil dibantu dengan proyektor, mikro film bingkai, film, atau gambar.
c.       Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan time lap atau high-speed photography.
d.      Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa di tampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal.
e.       Objek yang terlalu kompleks ( misalnya mesin-mesin ) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain.
Konsep yang terlalu luas ( gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain ).
3.      Penggunaan Media Pendidikan secara Tepat dan Bervariasi dapat        mengatasi sikap pasif anak didik dalam hal ini media pendidikan berguna untuk :
a)      Menimbulkan gairah belajar.
b)      Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan.
c)      Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
4.      Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu haris diatasi sendiri. Hal ini juga akan sulit bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuan dalam :
a.       Memberikan perangsang yang sama.
b.      Mempersamakan pengalaman.
c.       Menimbulkan persepsi yang sama.

C.     Perkembangan Media Pendidikan dalam Perkembangan Anak Didik.
 Ada hubungan yang erat antara kemajuan anak didik dan perkembangan media. Menjadi instrumen perluasan cakrawala, dinamesasi, dan daya kritis anak didik,mediamembangkit nasvat untuk memperbaiki nasib dan untuk menghadapi berbagai inovasi. Jika akhir-akhir ini semakin banyak terbit majalah spesialuasi, maka sebabnya karena terjadinya diferensasi dalam perkembangan anak didik tumbuh.berbagai frofesi dan kebutuhan baru, termasuk keperluan akan majalah yang menampung diferensasi sosial. kalau kita lihat perkembanganya,pada mulanya media hanya dianggap sebagai alat bantu yg dipakai seperti alat bantu visual,  contohnya gambar,model objek, dan alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman konkret,motifasi belajar serta mempertinggi daya serap dan potensi belajar siswa.[6]
D. Pemilihan Media yang Efektif dan Menyenagkan Bagi Proses Pembelajaran
Peran guru dalam inovasi dan pengembangan media pengajaran sangat diperlukan mengingat guru dapat dikatakan sebagai pemain yang sangat berperan dalam proses belajar mengajar di kelas, yang hendaknya dapat mengolah kemampuannya untuk membuat media pengajaran lebih efektif dan efisien. Hal ini, menurut Wijaya dkk (1991:2), disebabkan perkembangan jaman yang terus terjadi tanpa henti dengan kurun waktu tertentu. Lembaga pendidikan hendaknya tidak hanya puas dengan metode dan teknik lama, yang menekankan pada metode hafalan, sehingga tidak atau kurang ada maknanya jika diterapkan pada masa sekarang. Perkembangan jaman yang begitu pesat dewasa ini membuat siswa semakin akrab dengan berbagai hal yang baru, seiring dengan perkembangan dunia informasi dan komunikasi. Karena itu, sangat wajar jika kondisi ini harus diperhatikan oleh guru agar terus mengadakan pembaharuan (inovasi).
Pembaharuan atau inovasi dalam dunia kependidikan sering diartikan sebagai suatu upaya lembaga pendidikan dalam menjembatani masa sekarang dan masa yang akan datang dengan cara memperkenalkan program kurikulum atau metodologi pengajaran yang baru sebagai jawaban atas perkembangan internal dan eksternal dalam dunia pendidikan yang cenderung mengejar efisiensi dan efektivitas.[7]
Pada lembaga pendidikan, faktor yang menjadi penentu keberhasilan tujuan pendidikan adalah guru. Hal ini ditegaskan oleh Samana bahwa guru merupakan faktor utama dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan sekolah yang pada gilirannya akan sangat mempengaruhi kemajuan masyarakat yang menjadi suprasistem sekolah yang bersangkutan. Masyarakat yang semakin rasional dan teknologis semakin membutuhkan jasa sekolah dan atau guru yang bermutu.[8]
Terkait dengan inovasi di bidang media pengajaran, mutu guru akan dapat ditentukan dari seberapa jauh atau kreatif ia dalam pengembangan dan inovasi media pengajaran. Hal ini akan sangat membantu tugasnya sebagai profesional. Menurut Sudarminto (dalam Samana, 1994:21), guru yang profesional yaitu guru yang tahu secara mendalam tentang apa yang diajarkannya secara efektif dan efisien. Lebih lanjut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang menjadi Departemen Pendidikan Nasional) melalui Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G), telah merumuskan bahwa kompetensi profesional guru menuntut seorang guru untuk memiliki pengetahuan yang luas serta mendalam tentang bidang studi (subject matter) yang diajarkannya beserta penguasaan metodologis, dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoritis, mampu memilih metode yang tepat, serta mampu menggunakannya dalam proses belajar-mengajar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kemampuan guru dalam mengembangkan dan melakukan pembaharuan media pengajaran merupakan salah satu indikator kompetensi profesionalnya.[9]
Konsekuensi yang harus diperhatikan adalah bahwa sikap statis (tidak kreatif) dan cara-cara yang konvensional semua pihak yang terlibat dalam dunia kependidikan, terutama guru, hendaknya dihilangkan. Guru harus aktif mencari dan mengembangkan sistem pendidikan yang terbuka bagi inovasi teknologi media pengajaran. Dalam hal ini, penanaman sikap inovatif pada guru sangat penting dilakukan.[10]
Terkait dengan semakin beragamnya media pengajaran, pemilihan media hendaknya memperhatikan beberapa prinsip. Pertama, kejelasan maksud dan tujuan pemilihan media; apakah untuk keperluan hiburan, informasi umum, pembelajaran dan sebagainya. Kedua, familiaritas media, yang melibatkan pengetahuan akan sifat dan ciri-ciri media yang akan dipilih. Ketiga, sejumlah media dapat diperbandingkan karena adanya beberapa pilihan yang kiranya lebih sesuai dengan tujuan pengajaran.[11]
Sejalan dengan pendapat di atas, Miarso (1986:105) menyatakan bahwa hal pertama yang harus dilakukan guru dalam penggunaan media secara efektif adalah mencari, menemukan, dan memilih media yang memenuhi kebutuhan belajar anak, menarik minat anak, sesuai dengan perkembangan kematangan dan pengalamannya serta karakteristik khusus yang ada pada kelompok belajarnya. Karaketristik ini antara lain adalah kematangan anak dan latar belakang pengalamannya serta kondisi mental yang berhubungan dengan usia perkembangannya.
Selain masalah ketertarikan siswa terhadap media, keterwakilan pesan yang disampaikan guru juga hendaknya dipertimbangkan dalam pemilihan media. Setidaknya ada tiga fungsi yang bergerak bersama dalam keberadaan media. Pertama¸ fungsi stimulasi yang menimbulkan ketertarikan untuk mempelajari dan mengetahui lebih lanjut segala hal yang ada pada media. Kedua, fungsi mediasi yang merupakan perantara antara guru dan siswa. Dalam hal ini, media menjembatani komunikasi antara guru dan siswa. Ketiga, fungsi informasi yang menampilkan penjelasan yang ingin disampaikan guru. Dengan keberadaan media, siswa dapat menangkap keterangan atau penjelasan yang dibutuhkannya atau yang ingin disampaikan oleh guru.
Fungsi stimulasi yang melekat pada media dapat dimanfaatkan guru untuk membuat proses pembelajaran yang menyenagkan dan tidak membosankan. Kondisi ini dapat terjadi jika media yang ditampilkan oleh guru adalah sesuatu yang baru dan belum pernah diketahui oleh siswa baik tampilan fisik maupun yang non-fisik. Selain itu, isi pesan pada media tersebut hendaknya juga merupakan suatu hal yang baru dan atraktif, misalnya dari segi warna maupun desainnya. Semakin atraktif bentuk dan isi media, semakin besar pula keinginan siswa untuk lebih jauh mengetahui apa yang ingin disampaikan guru atau bahkan timbul keinginan untuk berinteraksi dengan media tersebut. Jika siswa mendapatkan suatu inormasi atau pengalaman berharga dari media tersebut, di sinilah titik sentral terjadinya belajar.
Terkait dengan hal ini, Edgar Dale (dalam Rahardjo, 1986:49) telah mengklasifikasi pengalaman berlapis dari tingkat paling konkrit menuju yang paling abstrak. Klasifikasi tersebut dikenal dengan nama “kerucut pengalaman” (cone of experience) Edgar Dale dalam Rahardjo, 1986:50) yang dapat membantu menentukan media apa yang paling sesuai untuk pengalaman belajar tertentu. Rudy Bretz (dalam Rahardjo, 1986: 52) mengklasifikasi media menurut ciri utama media menjadi tiga unsur, yaitu suara, visual, dan gerak. Selanjutnya, klasifikasi tersebut dikembangkan menjadi tujuh kelompok, yaitu:
a.       Media audio-visual-gerak; merupakan media paling lengkap karena menggunakan          kemampuan audio-visual dan gerak.
b.      Media audio-visual-diam; memiliki kemampuan audio-visual tanpa kemampuan gerak.
c.       Media audio-semi-gerak; menampilkan suara dengan disertai gerakan titik secara linear dan tidak dapat menampilkan gambar nyata secara utuh.
d.      Media visual-gerak; memiliki kemampuan visual dan gerakan tanpa disertai suara.
e.       Media visual-diam; memiliki kemampuan menyampaikan informasi secara visual tetapi tidak menampilkan suara maupun gerak.
f.        Media audio; media yang hanya memanipulasi kemampuan mengeluarkan suara saja.
g.       Media cetak; media yang hanya mampu menampilkan informasi berupa huruf-huruf dan simbol-simbol verbal tertentu saja.
Selanjutnya, Rahardjo (1986:71) mengklasifikasi media pengajaran sebagai berikut:
Daftar Kelompok Media Pengajaran
No.
Kelompok Media
Jenis Media
1
Audio
- pita audio (rol ataun kaset)
- piringan audio
- radio (rekaman siaran)
2
Cetak
- buku teks terprogram
- buku pegangan (manual)
- buku tugas
3
Audio-cetak
- buku latihan dilengkapi kaset atau pita audio
- pita, gambar, bahan dengan suara pita audio
4
Proyeksi visual diam
- film bingkai (slide)
- film rangkai (berisi pesan verbal)
5
Proyeksi visual-diam dengan audio
- film bingkai (slide)
- film rangkai dengan suara
6
Visual gerak
- film bisu dengan judul (caption)
7
Visual gerak dengan audio
- film suara
- video
8
Benda
- benda nyata
- model tiruan
9
Manusia dan sumber lingkungan
-
10
Komputer
- program pembelajaran terkomputer
Pemilihan maupun penggunaan media tersebut didasarkan pada prinsip yang telah dikemukakan oleh Rahardjo sebagaimana dijabarkan pada bagian sebelumnya.[12]
Sekalipun efektivitas dan efisiensi media tidak dapat diragukan lagi dalam pengajaran di kelas, pertimbangan lain yang tidak kalah pentingnya adalah faktor aksesibilitas (accessibility) yang menyangkut apakah media tersebut dapat diakses atau diperoleh dengan mudah atau tidak. Hal ini penting mengingat sejumlah media tidak dapat diperoleh karena mahalnya biaya yang harus dikeluarkan. Selain itu, di daerah terpencil, sejumlah media terkadang sulit didapat karena terbatasnya fasilitas transportasi yang tersedia di daerah tersebut, di samping persoalan lainnya, misalnya keamanan, perawatan, dan sebagainya. Sementara itu, dana bantuan dari pemerintah terkadang tidak mampu mengatasi itu semua.
Untuk mengatasi masalah ini, guru hendaknya benar-benar dapat mempertimbangkan kegunaan maupun aksesibilitas media tersebut. Jika suatu media tidak dapat diakses karena alasan tertentu, guru hendaknya mencari dan menemukan alternatif lainnya, misalnya dengan memproduksi sendiri suatu media menurut sarana yang dimilikinya. Hal semacam ini memang memungkinkan untuk dilakukan karena, media dibedakan menjadi dua macam menurut criteria aksesibilitasnya, yaitu:
a.       Media yang dimanfaatkan (media by utilization), artinya media yang biasanya dibuat untuk kepentingan komersial yang terdapat di pasar bebas. Dalam hal ini, guru tinggal memilih dan memanfaatkannya, walaupun masih harus mengeluarkan sejumlah biaya.
b.      Media yang dirancang (media by design) yang harus dikembangkan sendiri. Dalam hal ini, guru dituntut untuk mampu merancang dan mengembang sendiri media tersebut sesuai dengan sarana dan kelengkapan yang dimilikinya.[13]
E.           Nilai dan Manfaat Media Pengajaran
Media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapai. Ada beberapa alasan mengapa media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa diantaranya :
1.      Manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa antara lain :
a.       Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat membutuhkan motivasi belajar .
b.      Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik.
c.       Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.
d.      Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemokrasikan, dan lain-lain.
2.      Penggunaan media pengajaran dapat mempertinggi proses dan hasil pengajaran yaitu berkenaan dengan taraf berfikir siswa. [14]
Penggunaan media pengajaran dapat membantu pencapaian keberhasilan belajar. Ditegaskan oleh Danim (1995:1) bahwa hasil penelitian telah banyak membuktikan efektivitas penggunaan alat bantu atau media dalam proses belajar-mengajar di kelas, terutama dalam hal peningkatan prestasi siswa. Terbatasnya media yang dipergunakan dalam kelas diduga merupakan salah satu penyebab lemahnya mutu belajar siswa.[15]
Dengan demikian penggunaan media dalam pengajaran di kelas merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Hal ini dapat dipahami mengingat proses belajar yang dialami siswa tertumpu pada berbagai kegiatan menambah ilmu dan wawasan untuk bekal hidup di masa sekarang dan masa akan datang. Salah satu upaya yang harus ditempuh adalah bagaimana menciptakan situasi belajar yang memungkinkan terjadinya proses pengalaman belajar pada diri siswa dengan menggerakkan segala sumber belajar dan cara belajar yang efektif dan efisien.[16] Dalam hal ini, media pengajaran merupakan salah satu pendukung yang efektif dalam membantu terjadinya proses belajar.
Ada proses pembelajaran, media pengajaran merupakan wadah dan penyalur pesan dari sumber pesan, dalam hal ini guru, kepada penerima pesan, dalam hal ini siswa. Dalam batasan yang lebih luas, Miarso memberikan batasan media pengajaran sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.[17]
Rahardjo (1986:51) lebih lanjut menyatakan bahwa media memiliki nilai-nilai praktis berupa kemampuan untuk:
a.       Membuat konsep yang abstrak menjadi konkrit, misalnya untuk menjelaskan sistem peredaran darah.
b.      Membawa objek yang berbahaya dan sulit untuk dibawa ke dalam kelas, seperti binatang buas, bola bumi, dan sebagainya.
c.       Menampilkan objek yang terlalu besar, seperti candi borobudur.
d.      Menampilkan objek yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang, seperti micro-organisme.
e.       Mengamati gerakan yang terlalu cepat, misalnya dengan slow motion.
f.        Memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan lingkungannya.
g.       Memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi bagi pengalaman belajar.
h.       Membangkitkan motivasi belajar.
i.         Memberi kesan perhatian individual untuk seluruh anggota kelompok belajar.
j.        Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan.
k.      Menyajikan pesan atau informasi belajar secara serempak, mengatasi batasan waktu dan ruang.[18]
Sejalan dengan pendapat di atas, manfaat media dalam pengajaran adalah sebagai berikut:
a.       Meningkatkan mutu pendidikan dengan cara meningkatkan kecepatan belajar (rate of learning), membantu guru untuk menggunakan waktu belajar siswa secara baik, mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi dan membuat aktivitas guru lebih terarah untuk meningkatkan semangat belajar
b.      Memberi kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual dengan jalan memperkecil atau mengurangi kontrol guru yang tradisional dan kaku, memberi kesempatan luas kepada anak untuk berkembang menurut kemampuannya serta memungkinkan mereka belajar menurut cara yang dikehendakinya.
c.       Memberi dasar pengajaran yang lebih ilmiah dengan jalan menyajikan/merencanakan program pengajaran yang logis dan sistematis, mengembangkan kegiatan pengajaran melalui penelitian, baik sebagai pelengkap maupun sebagai terapan.
d.      Pengajaran dapat dilakukan secara mantap karena meningkatnya kemampuan manusia untuk memanfaatkan media komunikasi, informasi dan data secara lebih konkrit dan rasional.
e.       Meningkatkan terwujudnya kedekatan belajar (immediacy learning) karena media pengajaran dapat menghilangkan atau mengurangi jurang pemisah antara kenyataan di luar kelas dan di dalam kelas serta memberikan pengetahuan langsung.
f.        Memberikan penyajian pendidikan lebih luas, terutama melalui media massa, dengan jalan memanfaatkan secara bersama dan lebih luas peristiwa-peristiwa langka dan menyajikan informasi yang tidak terlalu menekankan batas ruang dan waktu.[19]

KESIMPULAN
Di zaman teknologi yang semakin canggih saat ini, penggunaan media dalam pendidikan sangat diperlukan untuk mempermudah proses belajar mengajar bagi setiap orang yang berkecimpung di dunia pendidikan. Dalam hal ini media pendidikan menjadi alat bantu yang sangat efektif untuk membantu kegiatan belajar peserta didik sebagai sarana belajar yang menyenangkan.
Dari paparan di atas, maka semakin jelas bahwa penggunaan media pendidikan sangat dibutuhkan selkali, karena dengan menggunakan media, maka pendidikan akan lebih menarik dan menyenagkan bagi setiap peserta didik yang mengikuti proses belajar mengajar di sekolah.
Dari isi malkalah kami diatas kami memaparakan tentang penggunaan media dalam proses belajar yang melputi : pengertian media pendidikan, penggunaan media dalam prosesbelajasr mengajar, perkembangaan media terhadap perkembangana anak didik, pemilihan media yang cocok  untuk mempermudah pembelajaran, dan kita dapat mengetahui nilai- nilai dan manfa’at media pendidikan dalam proses bejar mengajar di kelas.






DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1990. Manajemen Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, Azhar, 2007Media pembelajaran, Jakarta: Raja Grafindo Persada
Danim, Sudarwan. 1995. Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar, 2007, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara
Miarso, Yusufhadi. dkk. 1986. “Media Pendidikan”. Dalam Miarso, Yusufhadi dkk. 1986. Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali.
Rahardjo, R. 1986. “Media Pembelajaran”. Dalam Miarso, Yusufhadi dkk. 1986. Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali.
Rusyan, A. Tabrani dan Daryani, Yani. 1993. Penuntun Belajar yang Sukses. Jakarta: Nine Karya.
Sadiman, Arief S. dkk, 2009, Media Pendidikan, Jakarta: Rajawali Press
Samana, A. 1994. Profesionalisme Keguruan. Yogyakarta: Kanisius.
Sudjana, Nana, dan Ahmad Rifa’i, 2007, Media Pendidikan, Bandung: Sinar Baru Algensido
Wijaya, Cece. dkk. 1991. Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.



[1] Arief Sadiman, S. dkk, Media Pendidikan, Jakarta, Rajawali Press, 2009, Hal 1 
[2] Prof Dr Azhar Arsyad, Media pembelajaran, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2007, hal 3
[3] Rahardjo, R. 1986. “Media Pembelajaran”. Dalam Miarso, Yusufhadi dkk. 1986. Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali. Hal 47
[4] Arif S. Sadiman, Op. Cit, hal
[5] Oemar  Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta, Bumi Aksara, 2007, Hal
[6] Arief S Sadiman, Ibid, hal
[7] Wijaya, Cece. dkk. 1991. Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hal 2
[8] Samana, A.. Profesionalisme Keguruan. Yogyakarta: Kanisius, 1994 Hal 16
[9]  Suharsimi Arikonto.. Manajemen Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 1990, Hal 239
[10] Wijaya, dkk, Op. Cit
[11] Rahardjo, Op. Cit, hal 62-63
[12] Rahardjo, Op.Cit, hal  63
[13] Rahardjo, Ibid,  63,
[14] Nana Sudjana Dan Ahmad Rifa’i, Media Pendidikan, Bandung, Sinar Baru Algensido, 2007, hal
[15] Sudarwan danim, Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 1995  Hal
[16] A. Tabrani Rusyan dan Daryani,  Penuntun Belajar yang Sukses. Jakarta: Nine Karya. 1993 Hal 3-4
[17] Miarso, Yusufhadi. dkk. 1986. “Media Pendidikan”. Dalam Miarso, Yusufhadi dkk. 1986. Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali.

[18] Rahardjo, Op. Cit, hal 51
[19] Denim, Op. Cit, hal  13
 
 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar